Eksplorasi Rumah Adat Gorontalo dari Sudut Pandang Filosofis dan Arsitektural
Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya dan tradisi, dengan rumah adat yang beraneka ragam dari Sabang hingga Merauke. Setiap rumah adat mencerminkan identitas dan warisan budaya daerah tersebut. Salah satu rumah adat yang menarik untuk dikaji lebih dalam adalah rumah adat dari Gorontalo, Sulawesi Utara. Rumah adat di daerah ini tidak hanya sekadar tempat tinggal, tetapi juga memiliki nilai sejarah dan budaya yang tinggi serta terus dilestarikan hingga kini.
Rumah Adat Gorontalo yang Terkenal
Di Gorontalo, terdapat dua rumah adat yang sangat terkenal, yaitu Dulohupa dan Bantayo Poboide. Kedua rumah adat ini memiliki ciri khas dan keunikan yang mencerminkan budaya serta nilai-nilai masyarakat Gorontalo.
Rumah Adat Gorontalo Dulohupa
Fungsi dan Makna Rumah Dulohupa
Rumah adat Dulohupa dikenal dengan nama Yiladia Dulohupa Lo Ulipu Hulondhalo oleh masyarakat setempat. Pada masa lampau, Dulohupa berfungsi sebagai tempat musyawarah untuk mencapai mufakat dalam menyelesaikan berbagai masalah dan sebagai tempat pengadilan pada masa pemerintahan kerajaan Gorontalo.
Musyawarah di rumah ini tidak hanya untuk menyelesaikan sengketa, tetapi juga untuk merancang kebijakan yang akan diambil oleh kerajaan. Saat ini, rumah Dulohupa telah beralih fungsi menjadi tempat penyelenggaraan berbagai upacara adat, seperti upacara pernikahan, pagelaran budaya, dan upacara adat lainnya. Keberadaan rumah ini sangat penting dalam menjaga kelangsungan tradisi dan budaya Gorontalo.
Baca Juga : Rumah Kampung Harga 80 Juta Bojong Gede
Karakteristik Rumah Adat Dulohupa
-
Model Rumah Panggung
Rumah adat Dulohupa memiliki model rumah panggung yang mencerminkan tubuh manusia. Atap rumah menggambarkan kepala, badan rumah menggambarkan badan, dan pilar kayu penyangga rumah menggambarkan kaki.
Bentuk rumah ini tidak hanya unik secara arsitektur, tetapi juga merepresentasikan sebuah komunitas pada zamannya dan menggambarkan kemajuan sebuah peradaban. Setiap bagian rumah memiliki makna tersendiri yang terkait dengan prinsip-prinsip dan kebudayaan masyarakat Gorontalo.
-
Atap
Atap rumah Dulohupa tersusun dari jerami berkualitas tinggi dan berbentuk segitiga bersusun dua yang menggambarkan syariat dan adat masyarakat Gorontalo. Susunan atap bagian atas menggambarkan agama sebagai hal utama dalam kehidupan masyarakat Gorontalo, yang mencerminkan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Susunan atap bagian bawah menggambarkan kepercayaan penduduk terhadap kebudayaan dan adat istiadat setempat. Dahulu, pada puncak atap dipasang dua buah batang kayu bersilang yang disebut Talapua, yang dipercaya dapat menangkal roh-roh jahat. Namun, tradisi ini sudah tidak lagi dilakukan seiring dengan perkembangan kepercayaan masyarakat.
-
Dinding Tange lo bu’ulu
Pada bagian dinding depan rumah Dulohupa terdapat Tange lo bu’ulu yang tergantung di samping pintu masuk. Tange lo bu’ulu ini melambangkan kesejahteraan penduduk Gorontalo. Hiasan ini tidak hanya sebagai dekorasi, tetapi juga sebagai simbol dari kesejahteraan dan kemakmuran yang diharapkan oleh masyarakat Gorontalo.
-
Ruang Tanpa Sekat
Bagian dalam rumah Dulohupa memiliki desain terbuka dengan sedikit sekat, menciptakan ruang yang luas dan terbuka. Desain ini mencerminkan keterbukaan dan kebersamaan masyarakat Gorontalo. Di dalam rumah, terdapat anjungan yang dikhususkan sebagai tempat peristirahatan raja dan keluarga kerajaan. Anjungan ini merupakan tempat yang istimewa dan memiliki nilai budaya yang tinggi.
Baca Juga : Harga Tanah per Meter Mojokerto, Mulai dari Rp 280 Ribu Saja
-
Pilar Kayu
Rumah adat Dulohupa didukung oleh 32 pilar kayu yang memiliki makna khusus. Pilar utama (wolihi) berjumlah dua, pilar depan berjumlah enam, dan pilar dasar (potu) berjumlah 32. Setiap pilar memiliki arti yang mendalam dalam budaya Gorontalo, mencerminkan struktur sosial dan kepercayaan masyarakat. Pilar-pilar ini tidak hanya berfungsi sebagai penopang bangunan, tetapi juga sebagai simbol dari kekuatan dan ketahanan masyarakat Gorontalo.
-
Anak Tangga
Rumah Dulohupa memiliki 5-7 anak tangga yang juga memiliki makna filosofis. Angka lima melambangkan lima rukun Islam, yang mencerminkan keimanan dan ketaatan masyarakat Gorontalo terhadap agama.
Angka tujuh melambangkan tujuh tingkatan nafsu dalam manusia, yaitu amarah, lauwamah, mulhimah, muthmainnah, rathiah, mardhiah, dan kamilan. Setiap tingkatan nafsu ini menggambarkan perjalanan spiritual manusia dalam mencapai kesempurnaan.
Rumah Adat Gorontalo Bantayo Poboide
Fungsi dan Struktur Bantayo Poboide
Bantayo Poboide memiliki banyak fungsi, mencakup tempat penyelenggaraan upacara adat, penerimaan tamu kenegaraan, pesta perkawinan adat, serta kegiatan sosial dan keagamaan. Rumah ini terbuat dari dua jenis kayu utama, yaitu kayu cokelat dan kayu hitam.
Kayu hitam digunakan untuk membuat kusen, pagar, ukiran pada ventilasi udara, dan pegangan tangga. Kayu cokelat digunakan untuk pintu, jendela, lantai, dan dinding bangunan. Penggunaan material kayu yang berbeda ini tidak hanya untuk keindahan estetika, tetapi juga untuk kekuatan dan ketahanan bangunan.
Tiang dan Makna Filosofis
Rumah Bantayo Poboide didukung oleh delapan tiang. Dua tiang utama (wolihi) berada di bagian luar, sedangkan enam tiang lainnya berada di bagian dalam. Wolihi melambangkan kerajaan Limutu dan Gorontalo yang menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan yang berlangsung abadi.
Enam tiang lainnya melambangkan ciri khas masyarakat lou duluwo limo lo pahalaa, yang berarti masyarakat yang hidup dalam kebersamaan dan saling tolong-menolong. Tiang-tiang ini tidak hanya sebagai penopang bangunan, tetapi juga sebagai simbol dari nilai-nilai sosial dan budaya yang dipegang teguh oleh masyarakat Gorontalo.
Baca Juga : 10 Listing Rumah di Bogor Kota Harga 300 Juta di Brighton
Bagian-Bagian Bantayo Poboide
-
Serambi Luar : Serambi luar adalah tempat untuk menyambut tamu dan persiapan acara. Di sini, tamu yang datang akan diterima dengan ramah dan dijamu sesuai dengan adat Gorontalo.
-
Ruang Tamu : Ruang tamu memiliki ruangan yang memanjang dengan sebuah kamar di tiap ujung kanan dan kirinya. Ruangan ini digunakan untuk menerima tamu dan mengadakan pertemuan. Kamar-kamar di ujung ruangan ini dapat digunakan untuk menginap tamu terhormat.
-
Ruangan Tengah : Ruangan tengah merupakan ruangan terluas di antara kelima bagian lainnya. Di ruangan ini terdapat dua buah kamar yang terletak di sisi kiri. Ruangan tengah sering digunakan untuk acara-acara penting dan pertemuan keluarga besar. Kamar-kamar di ruangan ini juga berfungsi sebagai tempat istirahat bagi anggota keluarga yang lebih dekat.
-
Ruang Dalam : Ruang dalam memiliki luas dan bentuk yang sama dengan ruang tamu. Di sini terdapat dua kamar di tiap-tiap ujung kanan dan kiri. Selain memiliki pintu pada setiap kamar, ruang dalam juga memiliki pintu yang menuju ke serambi samping. Ruang dalam ini digunakan untuk aktivitas keluarga sehari-hari dan menjaga privasi keluarga dari tamu yang berkunjung.
-
Ruang Belakang : Ruang belakang adalah tempat dapur, kamar mandi, dan kamar-kamar kecil. Tidak seperti ruangan lainnya, kamar-kamar di ruang belakang ini terletak berderet memanjang.
Pada tiap ujung kanan dan kirinya terdapat pintu keluar menuju serambi samping. Ruang belakang ini adalah area yang lebih privat, digunakan untuk kegiatan rumah tangga sehari-hari seperti memasak dan mencuci.
Setiap elemen dari rumah adat Dulohupa dan Bantayo Poboide tidak hanya mencerminkan kekayaan arsitektur, tetapi juga filosofi dan budaya yang kaya dari masyarakat Gorontalo. Rumah adat ini adalah cerminan dari identitas, sejarah, dan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat setempat, menjadikannya tidak hanya bangunan fisik tetapi juga simbol kebanggaan dan warisan budaya yang berharga.
Brighton selalu menghadirkan konten-konten informatif dan menarik yang mencakup beragam topik menarik. Oleh karena itu, jangan lewatkan kesempatan untuk menjelajahi beragam artikel menarik lain yang tersedia di Brighton News! Selamat membaca dan menikmati informasi terbaru yang dihadirkan!
Topik
Lihat Kategori Artikel Lainnya